Aku masih ingat sore itu, saat aku membuka situs pusat umroh sambil menyeruput kopi hitam di teras rumah. Sederhana, tapi hati ini sedang bergetar. Di layar laptop terpampang foto-foto jemaah yang tersenyum di depan Burj Khalifa, lalu lanjut beribadah di Masjidil Haram. Dalam hati aku berkata, “Ya Allah, semoga suatu hari aku bisa di sana juga.”

Awalnya aku kira impian itu terlalu jauh. Biaya umroh plus Dubai jelas lebih besar dibanding umroh reguler. Tapi malam itu, aku iseng buka kalkulator dan mulai menghitung. Jika aku sisihkan Rp2 juta per bulan, dalam setahun bisa terkumpul Rp24 juta. Ternyata bukan mustahil. Saat itulah aku mulai serius menata keuangan.

Belajar Menabung dari Nol

Aku mulai dari hal sederhana: mencatat semua pengeluaran. Ternyata, selama ini banyak uang bocor di hal-hal kecil — ngopi di luar, pesan makanan online, atau langganan streaming yang nggak kepakai. Dalam sebulan, aku bisa hemat hampir Rp700 ribu.

Aku langsung alokasikan semua ke “tabungan impian Umroh”. Di awal terasa berat, tapi tiap kali lihat foto Ka’bah di wallpaper HP, semangatku balik lagi. Aku bahkan menulis di buku catatan:

“Setiap rupiah yang kamu simpan hari ini, adalah langkah menuju tanah suci besok.”

Dan ajaib, kata-kata itu benar-benar jadi motivasi.

Menyusun Rencana: Umroh Sekaligus Jelajahi Dubai

Beberapa bulan kemudian, aku mulai riset tentang paket umroh plus Dubai. Banyak biro menawarkan kombinasi menarik — 9 hari umroh dengan tambahan 3 hari city tour di Dubai.

Aku memilih paket yang lewat Pusat Umroh karena review-nya bagus, dan jadwalnya fleksibel. Mereka bantu dari awal: mulai dari simulasi biaya, jadwal keberangkatan, sampai tips menabung realistis.

Rencana pun terbentuk:

• 8 hari di Makkah dan Madinah untuk ibadah,

• lanjut 3 hari di Dubai untuk rehat dan menikmati keindahan modernitas Timur Tengah.

Dubai bukan sekadar kota mewah, tapi simbol kerja keras manusia. Melihat keajaiban arsitektur di tengah padang pasir membuatku sadar, kalau manusia saja bisa menciptakan hal luar biasa, apalagi jika Allah سبحانه وتعالى yang berkehendak.

Momen yang Tak Terlupakan

Saat itu akhirnya tiba. Setelah bertahun-tahun menabung, aku berangkat bersama istriku. Kami menangis saat pertama kali melihat Ka’bah — rasanya semua perjuangan, lelah, dan sabar terbayar lunas.

Dan saat tiba di Dubai, suasananya benar-benar kontras: dari kesederhanaan ibadah di Tanah Suci menuju kemegahan modern dunia. Tapi justru di situ aku belajar, bahwa Islam bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan menyeimbangkan antara akhirat dan kehidupan dunia.

Kami sempat menikmati sunset dari puncak Burj Khalifa, menyusuri gurun pasir, hingga mampir ke Dubai Mall. Tapi momen paling berkesan bukan soal kemewahan, melainkan rasa syukur — bahwa Allah سبحانه وتعالى telah memampukan kami menapaki dua dunia yang berbeda: spiritual dan duniawi, dalam satu perjalanan suci.

Pelajaran yang Kupetik

1. Mulailah dari langkah kecil. Jangan tunggu kaya dulu baru niat Umroh. Justru niat itu yang mengundang rezeki.

2. Pilih agen terpercaya. Banyak yang murah tapi tidak transparan. Aku bersyukur memilih Pusat Umroh karena mereka jelas dan komunikatif.

3. Nikmati prosesnya. Menabung bukan sekadar soal uang, tapi soal keyakinan bahwa Allah سبحانه وتعالى akan memudahkan jalanmu.

Sekarang setiap kali ada teman bilang, “Aku pengen umroh, tapi kayaknya belum mampu,” aku cuma tersenyum dan bilang, “Aku juga dulu begitu. Tapi kalau kamu mulai sekarang, insyaAllah kamu akan berangkat lebih cepat dari yang kamu kira.”

Mungkin kamu juga sedang di titik itu — menatap layar, membayangkan dirimu di depan Ka’bah, atau berdiri di bawah cahaya Burj Khalifa. Percayalah, mimpi itu bisa jadi nyata. Semua berawal dari niat, usaha, dan doa yang tak pernah putus.

Dan siapa tahu, tahun depan, kamu bukan cuma menunaikan ibadah, tapi juga menikmati umroh plus Dubai yang penuh kenangan dan makna.